GENTELUT
Minggu, 15 November 2020
Perlu juga aku dokumentasikan, biar kue yang satu ini tidak lekang dengan perkembangan jaman. Tetap eksis di dunia perkuean. Karena aku lahir juga di pedesaan, kue ini tidak asing lagi. Orang desa biasa mananam singkong di perkebunan belakang atau samping rumah, karena lahannya yang masih luas. Di tanam di persawahan tambah bagus, atau biasa di tanam di pematang sawah (galengan istilah Jawa).
Kue gentelut (orang Jombang bilang), kue utri (orang Madiun bilang). Sama-sama masih se Jawa Timur saja sudah beda menyebutnya. Entah apalagi orang Bali, Papua, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Temgah Sumatera sebut ya...(Mohon sebut di kolom komentar!!!)
Seiring perkembangan jaman, kue ini dimodifikasi sesuai dengan kemauan personal, disesuaikan oleh yang masak, daerah asal, dan penyajian yang kekinian. Karena bahannya sangat-sangat sederhana dan murah pool. Pembuatannya bisa diberi isian buah nangka atau pisang. Untuk penyajiannya biasanya diberi parutan kelapa sebagai toppingnnya.
Bahan-bahan:
- Singkong
- Gula merah / gula putih (tergantung selera)
- Agar-agar (opsional)
- Garam secukupnya
- Kelapa parut
- Gula merah (untuk karamel)
- Vanila
- Daun pisang (aku pakai kelobot/ kulit jagung)
Cara membuat:
- Parut singkong yang telah dikupas dan dicuci bersih.
- Peras hasil parutan untuk mengurangi kandungan air yang terlalu banyak, atau untuk mengurangi rasa langu (ada sebagian singkong yang langu tergantung tanah tempat menanam).
- Singkong hasil perasan tadi bisa ditambah agar-agar untuk menambah kekenyalan rasa.
- Singkong siap di cetak/ dibungkus, aku pakai kulit jagung (klobot), rasanya lebih enak.
- Terakhir kukus di panci yang sudah dipanaskan, proses mengukus kira-kira 15 menit sudah matang.
- Siap disajikan, bisa langsung dimakan, atau diberi topping kelapa parut.
#Day9NovAISEIWritingChallange
Apakah kue ini seperti Timus...?
BalasHapusGunungkidul Utri Bu,
BalasHapusDi gunungkidul namanya "lemeet"
BalasHapus